Twitter Ditinggal Jack Dorsey Setelah Memutuskan Mengundurkan Diri sebagai CEO

3 Desember 2021, 18:16 WIB
Ilustrasi logo Twitter. /Pixabay/geralt/

Zona Kaltara - Salah satu pendiri Aplikasi ternama dan digunakan hampir seluruh masyarakat dunia yakni Twitter, Jack Dorsey mundur dari jabatannya.

Jack Dorsey memastikan untuk mundur sebagai CEO Twitter setelah mengumumkannya pada Senin, 29 November 2021.

Dorsey mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Saya telah memutuskan untuk meninggalkan Twitter karena saya yakin perusahaan siap untuk berjalan tanpa para pendirinya." katanya.

Baca Juga: Sekolah Diminta Tiadakan Libur Khusus Selama Periode Nataru, Simak Edaran dari Inmendagri

Dikutip zonakaltata.com dari NHK, Jack Dorsey akan digantikan oleh Parag Agrawal yang menjabat sebagai Chief Technology Officer sejak 2017.

Dari informasinya Jack Dorsey ikut mendirikan Twitter pada tahun 2006. Layanan jejaring sosial ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan memposting tweet.

Baca Juga: Makam Vanessa Angel Akan Dipindahkan? Ayah Bibi Katakan ini

Hingga saat ini, Twitter telah menjadi platform media sosial global dengan angka pengguna yang sangat fantastik.

Pengguna Twitter tidak hanya dari kalangan generasi muda, namun aplikasi ini gunakan oleh seluruh pihak dengan keperluan atau kepentingan masing-masing.

Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Disorot Media Asing dan Sebut Indonesia Alami Kemunduran Demokrasi

Tahun lalu, aktivis dana investasi di Amerika Serikat menyerukan Dorsey untuk mundur, dengan alasan kurangnya kemampuan manajemen.

Perhatian sekarang difokuskan pada apakah Twitter dapat mencapai tujuan untuk menggandakan penjualannya pada tahun 2023 di bawah kepemimpinan barunya.

Baca Juga: VIRAL! Gegara Warisan Seorang Anak Tega Laporkan Orang Tua ke Polisi, Warganet: Jaman Makin Gila

Sebelumnya, salah satu pemegang saham terbesar Toshiba menentang rencana untuk membagi perusahaan menjadi tiga bisnis terpisah.

Mitra Investasi 3D mengirim surat terbuka ke dewan Toshiba pada hari Rabu, 24 November 2021 dan menguraikan argumennya.

Baca Juga: Varian Baru Omicron Mengancam 20 Negara, Masyarakat Tak Perlu Panik

Perusahaan pengelola aset mengklaim bahwa proses di balik rencana tersebut kurang transparan dan proposal yang diajukan gagal meyakinkan pemegang saham.

3D Investment yang berbasis di Singapura memegang sekitar 7 persen saham di perusahaan konglomerat Jepang tersebut. ***

Editor: Jubaedah

Sumber: NHK

Tags

Terkini

Terpopuler