Mensos Risma Paksa Anak Tuna Rungu Bicara, Begini Reaksi Surya Sahetapy

3 Desember 2021, 21:06 WIB
SURYA Sahetapy dan Mensos Risma /Instagram/SURYA SAHETAPYI/ @tri.rismaharini/

Zona Kaltara - Baru-baru ini Menteri Sosial diketahui telah mengatakan bahwa dirinya memaksa anak tuli untuk bicara minimal meminta tolong saat dalam situasi berbahaya.

Hal ini dia ucapkan lantaran Mensos Risma berharap penyandang disabilitas tunarungu dapat melatih dirinya berbicara.

Ungkapan Mensos Risma menarik perhatian Putra Dewi Yul dan Ray Sahetapy sekaligus Aktivis Tuli.

Baca Juga: Ingin Pacaran Awet Sampai Nikah, Berikut 5 Tips yang Harus Anda Lakukan

Surya Sahetapy mengkritik pernyataan Menteri Sosial Tri Rismaharini (Mensos Risma) terkait aksi memaksa anak tuna rungu untuk bicara.

Surya Sahetapy lantas mengatakan bahwa berteriak dan berbicara itu tidak sama. Apalagi, saat ini di negara maju banyak tombol darurat yang disediakan untuk penyandang disabilitas.

Tak hanya itu, Surya Sahetapy juga mengatakan bahwa kampusnya, Rochester Institute of Technology, Amerika Serikat, memiliki aplikasi yang bisa membantu penyandang disabilitas saat menghadapi situasi darurat.

Baca Juga: Jangan Menanam Jenis Tanaman ini di Rumah, Berbahaya bagi Kesehatan Anda

Oleh karena itu, Surya Sahetapy menilai, seharusnya Mensos Risma meminta maaf kepada para penyandang disabilitas ketimbang mengeluarkan pernyataan seperti itu.

"Menurutku, daripada memberikan statement seperti itu, lebih baik minta maaf," kata Surya Sahetapy, yang dikutip zonakaltara.com dari unggahan Instagram @suryasahetapy, Jumat, 3 Desember 2021.

Surya Sahetapy juga meminta Mensos Risma untuk mengklarifikasi bahwa setiap anak itu memiliki hak untuk memilih cara berkomunikasi.

Baca Juga: Twitter Ditinggal Jack Dorsey Setelah Memutuskan Mengundurkan Diri sebagai CEO

"Dan klarifikasi bahwa setiap anak memiliki hak untuk menyampaikan cara komunikasi sesuai kemampuan dan kenyamanan mereka," kata Surya Sahetapy.

Surya Sahetapy juga menyarankan Mensos Risma untuk duduk bersama Polda Metro Jaya untuk mengembangkan aplikasi menyelamatkan diri.

"Karena lapor Polisi itu masih belum akses (lapor cepat pakai telepon, kalau SMS/WA juga belum tentu karena literasi Tuli-HoH beragam sekali, karena faktur akses pendidikan yang tidak humanis dan merata)," tuturnya.

Baca Juga: Sekolah Diminta Tiadakan Libur Khusus Selama Periode Nataru, Simak Edaran dari Inmendagri

"Apakah petugas keamanan sudah memahami ragam komunikasi belum? Nah, mereka perlu di-training," kata Surya Sahetapy.

Surya Sahetapy juga menyarankan agar
sekolah-sekolah khususnya sekolah disabilitas menyediakan program bela diri.

"Termasuk pelatihan fisik atau penggunaan teknologi untuk memastikan kita aman," kata Surya Sahetapy.

Baca Juga: UPDATE! Perkembangan Covid-19 di Tarakan, 3 Desember 2021 Terkonfirmasi 3 orang Meninggal Dunia

"Jangan hanya fokus orang disabilitas tetapi fokus untuk memastikan lingkungan agar makin akses untuk kita semua," sambungnya.

Lebih lanjut, Surya Sahetapy mengatakan, saat ini kasus perkosaan sering terjadi terhadap kaum Tuli-HoH bukan karena mereka tidak melawan.

Baca Juga: Piala AFF Suzuki 2020: Indonesia Hadapi Kamboja di Laga Perdana, ini Jadwal Timnas dan Siaran Live di TV

"Melainkan karena buruknya pendidikan karakter bangsa, sehingga hak hidup Tuli HoH dan disabilitas dirampas. Makanya benahi sistem pendidikan,sosial, dan keamanan dulu," tutur Surya Sahetapy.

Terakhir, Surya Sahetapy mengatakan bahwa dirinya disabilitas bukan karena pendengaran, melainkan karena lingkungan.

Tangakapan layar unggahan Surya Sahetapy yang kritik Mensos Risma./

Baca Juga: VIRAL! Gegara Warisan Seorang Anak Tega Laporkan Orang Tua ke Polisi, Warganet: Jaman Makin Gila

"Again, saya disabilitas bukan karena pendengaran, tetapi lingkungan. Maka jangan salahkan orang, tapi sistem memang harus diperbaiki," kata Surya Sahetapy.***

Editor: Jubaedah

Tags

Terkini

Terpopuler