“Sehingga menghasilkan energi yang rendah, gelombang panjang dan memunculkan warna kemerahan," lanjutnya.
Menurut Taufiq, semakin rendah posisi matahari dari garis cakrawala, maka kian rendah pula cahaya merah yang dicapai.
Fenomena langit kemerahan itu biasa terjadi pada sore dan menjelang malam hari.
Adapun radar cuaca BMKG Juanda juga memantau beberapa pertumbuhan awan cumulonimbus di sekitar lokasi pada video.
Baca Juga: Rekam Mahasiswi di Kamar Mandi, Seorang Sekuriti UNM Diamankan Polisi
Awan itu mampu menangkap kilatan cahaya secara bertubi-tubi di atas langit.
"Awan cumulonimbus merupakan satu-satunya jenis awan yang dapat menghasilkan kilat dan petir,” ucapnya.
Baca Juga: Piala AFF: Indonesia Menang Telak 5-1 atas Laos, Timnas Puncaki Klasemen Sementara Grup B
“Sambaran kilat dari awan ini menambah efek cahaya kemerahan di langit tersebut," jelas Taufiq.