Potensi di Spartly dan Pulau Layang-layang Laut Cina Selatan, Ekonom UMS : Sangat Penting dari Segi Ekonomi

- 1 Oktober 2021, 19:37 WIB
Laut China Selatan.
Laut China Selatan. /Pixabay/

Zona Kaltara - Spratly adalah konstelasi fitur di Laut Cina Selatan. Mereka terdiri dari lebih dari 100 pulau kecil, pulau kecil, ngarai dan terumbu karang. Mereka tidak hanya penting bagi Sabah, Malaysia, tetapi juga bagi sejumlah negara Asia lainnya, termasuk negara-negara besar.

Karena letaknya yang strategis di tengah Laut Cina Selatan, beberapa negara secara terbuka mengumumkan klaim kedaulatan mereka atas sebagian atau seluruh pulau dan terumbu karang di dalamnya.

Mempertimbangkan dinamisme klaim yang saling tumpang tindih ini, dan lokasi Spratly yang strategis, beberapa pertanyaan muncul.

Dilihat dari segi ekonomi, apa dan seberapa penting Pulau Spratly dan Layang-Layang bagi Sabah? Bagaimana dan sejauh mana potensi kegiatan di dalam dan sekitar Pulau Layang-Layang?

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Di Tarakan, 1 Oktober 2021 Bertambah 23 Pasien Sembuh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari klaster ekonomi Universiti Malaysia Sabah (UMS) yang dipimpin oleh Dr Arif Kamisan Pusiran, Dr Rafiq Idris, Bapak Yuzainy dan Dr Andi Tamisang tentang pentingnya dan ekonomi potensi Spratly dengan berfokus pada Pulau Layang-Layang, melalui dana hibah penelitian Sumber Semulajadi Dan Potensi Pembagunan Strategik Ekonomi Luar Pantai Malaysia: Pulau Layang-Layang (TR@M001-2019) dan kepala proyek penelitian keseluruhan yang terdiri dari berbagai cluster adalah Prof Datuk Dr Mohd. Harun Abdullah.

Pulau Layang-layang Malaysia sangat penting dari berbagai dimensi terutama dari segi ekonomi.

Baca Juga: Tiga Atlet Legendaris termasuk Peraih Emas Olimpiade Taufik Hidayat Bawa Api PON XX Papua, Berikut Rutenya

Pertama, Kepulauan Spratly adalah jalur perdagangan penting bagi banyak kapal dagang negara. Berdasarkan statistik resmi 2019, volume perdagangan Sabah dengan China saja dilaporkan mencapai RM7 miliar.
“Bilateral trade with Japan was reported to amount to RM1.864 billion. Sabah's total trade was then reported to be worth RM84.5 billion.Moreover, Sabah's total trade with Vietnam was reported to have reached RM1.8 billion,”

(“Perdagangan bilateral dengan Jepang dilaporkan berjumlah RM1,864 miliar. Total perdagangan Sabah kemudian dilaporkan bernilai RM84,5 miliar. Selain itu, total perdagangan Sabah dengan Vietnam dilaporkan mencapai RM1,8 miliar”), kata Dr. Rafiq Idris, Ekonom dan Dosen Senior dari Program Ekonomi Keuangan, Fakultas Bisnis, Ekonomi dan Akuntansi, Universiti Malaysia Sabah (UMS), seperti disampaikan kepada zonakaltara.com melalui rilis resminya.

Baca Juga: SKK Migas Kumpulkan Pimpinan KKKS, ini Strategi dan Target yang Harus Dicapai pada 2022

“In addition, for Sabah alone, total container handling was reported at 379,384 TEUs while cargo throughput handling was reported at 34.2 million metric tons. If combined with all the total trade that passed through the waters of the South China Sea in general, it is estimated to exceed RM1 trillion,”

(“Selain itu, untuk Sabah saja, total penanganan peti kemas dilaporkan mencapai 379.384 TEUs sementara penanganan kargo dilaporkan mencapai 34,2 juta metrik ton. Jika digabungkan dengan semua total perdagangan yang melewati perairan Laut Cina Selatan secara umum, diperkirakan melebihi RM1 triliun”), lanjutnya.

Baca Juga: 18 Adegan Rekonstruksi Kasus Penikaman Penumpang Kapal KM Safina 2, Kapolsek : Fakta Baru Terungkap

Sementara, ketidakamanan atau gangguan pada jalur perdagangan dapat mengakibatkan pengalihan pelayaran, keterlambatan waktu pengiriman, meningkatkan biaya perdagangan dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perdagangan yang melewati kawasan Kepulauan Spratly.

“So far, there is no disruptions or serious disruptions have ever happened,”
(“Namun sejauh ini, tidak ada gangguan atau gangguan serius yang pernah terjadi”), ucapnya.

Baca Juga: Tarandita, Anak 10 Tahun Tenggelam di Sungai Manggar Balikpapan Ditemukan Tewas

Kedua, stabilitas keamanan, dan kepedulian lingkungan di Kepulauan Spratly penting untuk mendukung kegiatan Ekonomi Biru. Kepulauan Spratly kaya akan perikanan, oleh karena itu sub sektor makanan laut menjadi penting di beberapa negara.

“The Bajau people from Sabah which are known to be expert on sea affairs have been very involved in fishing activities up to the Spratly areas for at least few hundreds of years. In addition, it is also important for other economic activities such as tourism involving Sabah waters in the South China Sea,”

(“Orang Bajau dari Sabah yang dikenal ahli di bidang kelautan telah sangat terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan hingga ke wilayah Spratly setidaknya selama beberapa ratus tahun. Selain itu, juga penting untuk kegiatan ekonomi lainnya seperti pariwisata yang melibatkan perairan Sabah di Laut Cina Selatan”), jelas Dr.Rafiq Idris.

Baca Juga: BREAKING NEWS Akibat Kecelakaan Kapal, Dua Nelayan Hilang di Perairan Muara Talake Kabupaten Paser

Lanjut, diungkapkan Dr. Rafiq Idris, kegiatan yang melibatkan pelabuhan dan logistik serta layanan dukungan bunkering juga berkontribusi pada sub-sektor tertentu dari ekonomi Sabah. Jika perawatan dan pelestarian lingkungan, keamanan dan stabilitas tidak ada di perairan Sabah, ini akan mempengaruhi sub-sektor tersebut dalam jangka panjang.

“Safety, environmental protection in waters and stability are important to support the sustainability of long-standing economic activities,”

(“Keselamatan, perlindungan lingkungan di perairan dan stabilitas menjadi penting untuk mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi yang sudah berlangsung lama”), jelasnya.

Baca Juga: Tempat Hiburan Malam Masih Ada yang Langgar Prokes, Kepala Satpol PP : Kami Tegur Pengelolanya

Ketiga, potensi kegiatan ekonomi yang besar dan kaya akan sumber daya alam, sehingga memiliki nilai ekonomi yang besar.

Kepulauan Spratly diklaim oleh beberapa negara, tidak hanya karena posisinya, tetapi juga karena potensi ekonomi dan tanaman yang melimpah.

Baca Juga: Vaksinasi Pertama bagi Ibu Hamil di Kota Tarakan Sepi, ini Penyebabnya

Namun, wilayah yang disengketakan belum dinilai atau dipastikan memiliki sumber daya minyak dan gas alam yang sangat besar.
“Under the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS, 1982), ownership of a habitable island can extend a country's exclusive access to its surrounding energy resources,"

(“Di bawah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS, 1982), kepemilikan pulau layak huni dapat memperluas akses eksklusif suatu negara ke sumber daya energi di sekitarnya”), katanya.

Baca Juga: Ditetapkan Tersangka Maling Uang Rakyat oleh KPK, Berikut Kekayaan Fantastis dan Status Azis Syamsuddin di DPR

Disamping itu, sebagian besar kebijakan yang mengandung minyak dan gas bumi yang ditemukan di wilayah Laut Cina Selatan tidak diperebutkan, dekat dengan garis pantai negara-negara pantai, dan tidak dekat dengan pulau-pulau yang diperebutkan.

Selain sebagai daerah pergerakan atau jalur pelayaran kapal-kapal niaga dari berbagai negara, kegiatan pariwisata sudah berlangsung di Pulau Layang-Layang.

Baca Juga: Keji! Perlakuan KKB Terhadap Nakes Gabriella Meilan, Diperlakukan Tidak Manusiawi dan Dikejar ke Dasar Jurang

“The existence of resorts on the island and the fact that the island has been visited by tourists from various countries. In Layang-Layang Island, there are various tourist activities such as scuba diving, bird watching at the bird park and others. In addition, various events have been and can be organized in nearby areas such as international fishing competitions,”

(“Keberadaan resort di pulau itu dan fakta bahwa pulau itu telah dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Di Pulau Layang-Layang terdapat berbagai aktivitas wisata seperti scuba diving, bird watching di bird park dan lain-lain.

Baca Juga: Fakta 'Hilangnya' Patung Soeharto, Gatot Nurmantyo Tuding TNI Disusupi PKI Dibantah dan Dinilai Tak Terpuji

Selain itu, berbagai acara telah dan dapat diselenggarakan di area terdekat seperti kompetisi memancing internasional”), Lanjut Dr. Rafiq Idris lagi.

Di sisi lain, perairan Laut Cina Selatan sangat kaya akan makanan laut. Ini adalah sumber pasokan ikan dan makanan laut lainnya di berbagai negara di dunia. Ini adalah sumber makanan dan pendapatan bagi sebagian orang di berbagai negara juga.

Singkatnya, lebih banyak kegiatan dapat dilakukan untuk mengoptimalkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), sebagaimana ditentukan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982 atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982 dari perspektif Malaysia.

Baca Juga: Ahmad Mawardi, Bocah 2 Tahun Hilang di Bantaran Sungai Sangatta Kutai Timur, Diduga Terjatuh dan Tenggelam

ZEE adalah wilayah laut di mana suatu negara berdaulat memiliki hak khusus atas eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya laut, termasuk produksi energi dari air dan angin yang berada dalam jarak 200 mil laut dari garis pangkal.

Namun, rekomendasi tersebut tergantung pada kesesuaian kegiatan, laba atas investasi, dampak keselamatan, lingkungan dan aspek lain yang memerlukan studi dan pertimbangan lebih lanjut.

Selain itu, upaya penguatan tingkat keamanan, stabilitas, upaya perlindungan lingkungan dari pencemaran air dan kegiatan yang merusak habitat dan biota laut perlu diintensifkan.

Baca Juga: Wajib Anda Ketahui! 6 Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Menggunakan Microwave

Kejadian atau kegiatan seperti perambahan perairan nasional, pembuangan sampah plastik/kotoran/beracun, pengeboman ikan, terumbu karang mati, penculikan atau kegiatan black economy perlu dicegah/dihentikan.

Upaya ini tidak hanya membutuhkan peran pemerintah, tetapi berbagai pemangku kepentingan lainnya seperti nelayan, perusahaan/pelaku usaha terkait dan masyarakat di berbagai pulau.***

Editor: Hendi Rustandi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x